Penggunaan Teknologi Nano Untuk Deteksi Dini Penyakit Berbahaya Melalui Napas


Kesehatan yakni hal yang sungguh-sungguh penting dalam kehidupan manusia sebab pada dasarnya manusia bisa hidup produktif bila berada dalam situasi sehat. Tapi, banyak penyakit membahayakan yang bisa diidap oleh manusia, menyebabkan mereka kesusahan mendapatkan situasi sehat. Penyakit-penyakit membahayakan yang bisa mengancam kesehatan manusia, semisal penyakit diabetes, kanker, dan fibrosis kistik. Pendeteksian dini kepada penyakit-penyakit ini bisa meningkatkan keberhasilan pengobatan dan mengurangi kerentanan pada situasi yang lebih serius.

Sistem pendeteksian tradisional yang kerap dijalankan untuk bisa mengenal adanya penyakit hal yang demikian di tubuh manusia yakni memakai cara invasif, adalah cara pengujian/percobaan yang memerlukan operasi kecil atau memasukkan perlengkapan ke dalam tubuh manusia untuk menerima berita yang diperlukan. Percobaan kadar glukosa pada darah yakni salah satu model cara tradisional dalam pengerjaan deteksi penyakit diabetes. Percobaan ini mempunyai sebagian kekurangan, adalah timbulnya rasa sakit dan stress. Kecuali itu, hasil analisis umumnya baru bisa didapat sebagian pekan sesudah selesai dijalankannya pengambilan sampel darah. Cara yang tak praktis menyebabkan pengecekan kesehatan seringkali diacuhkan sebelum muncul situasi-situasi kronis yang mengancam keselamatan. Untuk menuntaskan hal-hal hal yang demikian, peneliti-peneliti di negara maju sedang mengoptimalkan cara modern, non-invasif, dan instan untuk mendeteksi penyakit membahayakan.

Sistem modern yang sedang dioptimalkan yakni dengan memanfaatkan penanda natural tubuh (biomarkers). Biomarkers yakni segala zat, struktur, atau pengerjaan yang bisa dievaluasi, yang dibuat imbas terjadinya perubahan di dalam tubuh. Biomarkers yang keluar dari dalam tubuh melewati peluh, air mata, air seni, dan udara pernafasan akan dideteksi oleh sensor-sensor, yang dikala ini sedang dioptimalkan oleh para peneliti.

Tantangan yang seharusnya dihadapi untuk mendeteksi biomarkers yakni berkaitan ukurannya yang sungguh-sungguh kecil. Sebagai model pada penderita diabetes, per satu juta sampai satu miliar partikel—tergantung variasi diabetes yang diderita—yang dikeluarkan dalam udara pernafasannya, ada sekitar satu fokus acetone yang dikeluarkan. Ini ibarat seperti mencari satu tetes cairan di dalam sebuah kolam renang Olimpiade. Sehingga, sensor berukuran nano seharusnya diciptakan supaya bisa mendeteksi biomarkers itu.

Sebuah purwarupa alat untuk menstimulus keluarnya peluh dengan mekanisme Ionthoporesis dan mengevaluasi biomarkers pada pasien fibrosis kistik sudah sukses diciptakan seperti dibeberkan pada Gambar. Teori biologi yang mendasarinya yakni bahwa tiap pasien penderita penyakit fibrosis kistik, pasti akan mengeluarkan kadar garam dalam jumlah tinggi melewati peluh. Untuk bisa mendeteksi garam-garam pada peluh, karenanya silver (Ag) setebal 200 nm ditanamkan ke bahan fleksibel Polyethylene Terephthalate (PET) dan dipakai sebagai elektroda untuk pengerjaan Ionothoporesis. Kemudian, sensor untuk biomarkers ion Na+ dan Cl– diciptakan memakai dua bahan berbeda. Sensor untuk ion Na+ diciptakan memakai bahan dasar Na Ionophore yang dapat mengikat dan membawa ion-ion Na+ yang ada di peluh. Meski untuk Cl– diciptakan memakai bahan Ag/AgCl. Fokus masing-masing ion kemudian ditetapkan dengan metode mengevaluasi beda potensial antara sensor dengan elektroda acuan yang diciptakan dari bahan polyvinyl butyral resin BUTVAR B-98 (PVB). Kian tinggi kadar ion, karenanya kian rendah poin beda potensial yang terukur antara sensor dan elektroda acuan.

Gambar di atas menampakkan hasil pengujian purwarupa alat terhadap enam orang sehat dan tiga orang penderita fibrosis kistik. Perbedaan fokus masing-masing ion nampak terang pada orang sehat dan penderita fibrosis kistik. Penderita fibrosis kistik mempunyai fokus ion-ion Na+ dan Cl– sekitar >60 mM, jauh lebih tinggi dibanding kadar ion-ion Na+ dan Cl– orang sehat adalah sekitar <20 mM. Hasil uji ini menampakkan bahwa purwarupa alat hal yang demikian bisa mendiagnosis penderita fibrosis kistik melewati kadar garam dalam peluh dengan sensitivitas tinggi.

Amat besar kemauan penulis supaya sensor-sensor ini bisa seketika dijual dan dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Kecakapan sensor dari segi waktu, ketepatan dan jumlah penyakit yang bisa dideteksi juga perlu untuk senantiasa ditingkatkan. Bila sensor-sensor portabel ini telah dapat diaplikasikan sehari-hari, karenanya tingkat kesehatan dan produktivitas manusia akan turut meningkat.

Belum ada Komentar untuk "Penggunaan Teknologi Nano Untuk Deteksi Dini Penyakit Berbahaya Melalui Napas"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel