Pendekatan Teknologi Nano dalam Meningkatkan Mutu Minuman Jahe
Beberapa "Regu yang mengerjakan riset mengenai topik hal yang demikian mengangkat judul seputar “Peningkatan Kwalitas Minuman Berbasis Jahe dengan Pendekatan Teknologi Nano dan Formulasi Varian Jahe” dengan penelitinya dari ITB, IPB, UGM dan Unair.
Triati Dewi Kencana Wungu sebagai perwakilan ITB dari golongan keahlian Biofisika membeberkan, regu ini memilih judul penelitian hal yang demikian disebabkan oleh kegelisahan yang ada soal kekayaan tumbuhan kita yang gagal dikembangkan, pun mulai ada indikasi hilangnya isu kegunaan tumbuhan hal yang demikian pada generasi muda.
Jahe sendiri mempunyai bermacam-macam ragam keunggulan. Secara komposisi, tumbuhan ini kaya akan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai antioksidan dan juga kaya senyawa perasa. Olahan sebagai minuman juga telah banyak diketahui, terpenting di Indonesia yang awam disebut jamu. Berdasarkan sebagian penelitian, jamu pun dapat berfungsi untuk mengurangi stress hingga menurunkan gula darah. Keragamannya di Indonesia juga cukup bervariasi, seperti jahe merah, jahe empirit, jahe gajah, dan turunannya.
“Sebab itu, perlu adanya peningkatan produksi dan mutu jahe kita sehingga dapat menjawab tantangan pasar dan merebut pasar jahe di dunia, karena sejatinya Indonesia baru memasok 2-4 persen jahe dunia,” ucap Triati sebagai pembicara mewakili regu.
Menurutnya, tujuan utama dari penelitian ini yaitu terciptanya produk jahe yang berkwalitas tinggi dan memakai teknologi nanoemulsi untuk mengkapsulasi jahe. Pengaplikasian teknologi nano ini diinginkan dapat menjadi energi tarik sendiri dan peningkatan mutu kwalitas sebab kandungan gizinya akan lebih gampang diresapi tubuh. Kecuali itu, penelitian ini juga mengerjakan kuesioner serta mengerjakan pemetaan kepada jahe-jahe di Indonesia. “Harapannya kita juga dapat memastikan yang mana jahe favorit kita di Indonesia, “ tambah Triati.
Dalam cara kerja enkapsulasi dan pengaplikasian teknologi nano inilah ITB banyak mengambil peran. Penelitian memakai teknologi nano ini dikerjakan di Sentra Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi (PPNN) ITB. Peneltian ini mewujudkan dua keluaran, yakni tingkat keberhasilan kapsulasi nano dari jahe dan tingkat kekuatan yang dibutuhkan untuk kapsulasi. Alhasil, kapsulasi dianggap sukses dengan presentase jahe terkapsulasi di bawah 200 nanometer yaitu 67.9 %. Untuk tingkat kekuatan, regu sukses menerima angka -0.34 Volt.
Setelahnya, jahe juga diuji kegunaanya sebagai obat anti-inflamasi, yang awam disebut sebagai radang. Cara pengujiannya memakai protein percobaan untuk anti-inflamasi. Alhasil, layak yang dilakukan oleh regu dari Unair, yaitu ekstrak etanol jahe merah sukses menghalangi sebesar 20% denaturasi protein hal yang demikian. “Ini artinya ada indikasi bahwa jahe merah punya potensi jadi obat opsi, namun seharusnya ada pembuktian lanjutan soal senyawa aktif di jahe merah hal yang demikian yang dapat menghalangi radang,” terang Trianti.
Terakhir, penelitian ini bermuara pada pemasaran. Cara yang digunakan pada uji pemasaran ini yaitu Siegrist Teladan. “Kita memakai cara ini untuk menguji WTB, harapan untuk membeli, terpenting pada generasi milenial kepada jamu dan minuman berbahan jahe,”.
Modelnya malah dibagi dua, satu untuk jamu dan lainnya untuk minuman non-jamu berbahan jahe. Hasil untuk jamu dan kelompok satunya rupanya berbeda signifikan di penerimaan masyarakat. “Untuk jamu, masyarakat cenderung tak banyak memikirkan teknologi yang diterapkan sehingga badan makanan pemerintah cukup untuk menjadikan rasa percaya kepada produk. Lain halnya untuk minuman jahe non-jamu, masyarakat cenderung kritis dan masih takut dengan istilah ‘nano’ ,” ungkap Trianti di penghujung presentasi.
Oleh sebab itu, produsen dan distributor juga seharusnya mengerti manfaat dari teknologi nano dan cara kerjanya secara simpel supaya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, terpenting di dalam negeri.
Belum ada Komentar untuk "Pendekatan Teknologi Nano dalam Meningkatkan Mutu Minuman Jahe "
Posting Komentar